Kamis, 28 November 2013

TULISAN - ETIKA BISNIS




NANCY GO : “MEMBUAT INDONESIA BANGGA!”

Fashion telah menjadi simbol gaya hidup dan strata setiap insan. Selebritis papan atas dunia sebagai trendsetter selalu menjadi sorotan bersama atribut fashion bermerek yang mereka kenakan. Selama ini merek-merek fashion papan atas yang berjaya di dunia hanya itu-itu saja, sebut saja Louis Vuitton, Chanel, Gucci, Prada, Longchamp, dan lain-lain. Belum ada merek baru yang berhasil menembus pasar sosialita dunia tersebut, hingga Bagteria datang Paris Hilton yang menjinjing Bagteria. Lalu ada apa dengan Bagteria?
Nancy Go, seorang putri bangsa yang hobi menjahit dan menyulam ini berhasil mengangkat nama Indonesia di dunia. Dengan gigih, ia tembus pasar fashion untuk sosialita dunia bersama merek tas yang ia desain sendiri, Bagteria. Wanita yang pernah mengikuti pendidikan di Susan Budiardjo Fashion College jurusan Desain Fashion ini sempat bekerja di Dotwell, Inggris, sebagai Merchandiser, namun ia berhenti setelah menikah dan fokus pada bisnis. Pada tahun 2000, ia mulai membuat tas-tas berkualitas dengan desain yang berbeda dan berkelas.
Kualitas dan kelas produk-produk Bagteria telah diapresiasi dunia fashion internasional. Bagteria telah berjaya di berbagai kiblat fashion dunia, seperti Milan, Paris, Tokyo, New York, dan lain-lain. Banyak selebritis dan sosialita dunia yang sudah menjinjing Bagteria, sebut saja Blake Lively, Emma Thompson, Anggun, Putri Zara Phillips, Paris Hilton, dan lain-lain. Mungkin kita tercengang ketika mendengar Paris Hilton rela membeli produkdisplay Bagteria yang dipajang di New York Fashion Week, bahkan sang pewaris kekayaan Hilton ini mengaku naksir berat dengan tas Bagteria rancangan Nancy.
Tapi, mengapa Bagteria baru dipasarkan di Indonesia sejak 2008? Menurut Nancy, orang-orang Indonesia kurang mengapresiasi hasil karya anak bangsa.
Apalagi untuk produk premium seperti Bagteria, mereka lebih suka barang-barang impor. Padahal dari segi kualitas dan desain, Bagteria sangat bisa disejajarkan dengan merek-merek fashionternama dunia. Banyaknya sosialita dan selebritis papan atas dunia yang menjinjing Bagteria menjadi bukti nyata. Penggemar Bagteria di Indonesia memang tidak sebanyak di Milan, Paris, atau New York. Salah satu penggemar setia Bagteria di Indonesia adalah Ibu Ani Yudhoyono.

Tas ‘Bagteria’ buatan Indonesia terpampang indah di berbagai etalase mall-mall kelas atas di 32 negara di seluruh penjuru dunia. Tas merek ‘Bagteria’ merupakan hasil karya Nancy Go, seorang putri bangsa keturunan Brazil yang berhasil merambah kancah mode dunia dengan tas-tas cantiknya. Nancy bersama suaminya Bert Ng, memilih nama merek “Bagteria” yang terkesan global dan mengandung unsur humor. Hal tersebut sengaja dilakukan agar bisa memainkan citra produknya. Bagteria diharapkan terkenal seperti bakteri yang mewabah, menjadi ‘infeksi’ di seluruh dunia. Nancy den Bert mendirikan PT Metamorfosa Abadi, yang merupakan payung hukum Bagteria. Dengan modal Rp.300 juta, pada bulan Mei 2000 mereka membuat workshop pembuatan tas dengan menyewa sebuah rumah, yang letaknya persis di depan kediaman keluarga Ng di kawasan Jakarta Barat. Saat itu, mereka hanya mempekerjakan 5 karyawan.
Nancy lahir di Sao Paulo Brazil pada tanggal 6 Januari 1963. Ia sempat disarankan untuk mendaftarkan ‘Bagteria’ di italia dan mengubah mereknya dengan kata-kata berbau Italia. Tujuan tersebut terutama masalah gengsi di mana Italia memang terkenal dengan fashionnya. Namun Nancy memutuskan untuk mempertahankan merek ‘Bagteria’ dan mendaftarkannya di Indonesia. Di Eropa dan Amerika, merek Bagteria setaraf dengan Louis Vuitton, Chanel, atau Christian Lacroix. Public figure dunia yang mengenakan tas Bagteria ini antara lain Paris Hilton, Zara Phillips (cucu Ratu Elizabeth II), Emma Thomson, dan Audrey Tatou. Mulanya Nancy dan Bert menawarkan Bagteria sebagai produk ekspor. Sebagai langkah awal, mereka membidik Hongkong sebagai kiblat mode Asia. Nancy menawarkan bisnis dengan konsep waralaba. Di tiap negara, mereka memilih satu distributor sebagai master franchise untuk memasarkan Bagteria ke butik pilihan. Namun, ia mengecualikan Taiwan. Khusus untuk negara tersebut, Nancy melakukan bisnis secara kemitraan.

Namun ternyata Indonesia bukan merupakan sasaran pemasaran ‘Bagteria’ yang pertama. Untuk ukuran masyarakat Indonesia, harga jual dalam negeri yang berkisar 1 - 8 juta per tas, masih dianggap terlalu mahal. ‘Bagteria’ memang menggunakan bahan baku yang unik seperti kristal swarovski, manik, payet, batuan semi-precious, hingga emas dan perak dalam ukuran milimeter semuanya dijahit secara teliti satu per satu. Selain itu bahan yang digunakan adalah bulu domba, kulit belut, piton, ostrich, kulit ikan salmon, dan gading mammoth. Bahan-bahan ini dipesan langsung ke Siberia, Islandia, dan Afrika. Nancy juga memanfaatkan bahan lokal, seperti kulit piton, kulit buaya, kerang, kayu, dan perak dari perajin Bali dan Yogya.
Memang Nancy sengaja tidak menjadikan Indonesia sasaran pertama pemasaran ‘Bagteria’. Untuk harga jual dalam negeri yang berkisar 1 – 8 juta per tas, masyarakat Indonesia masih menganggap harga tas itu terlalu mahal. Padahal ‘Bagteria’ memang menggunakan bahan baku yang unik seperti kristal swarovski, manik, payet, batuan semi-precious, hingga emas dan perak dalam ukuran milimeter semuanya dijahit secara teliti satu per satu. Dia pun menggunakan bahan dari bulu domba, kulit belut, piton, ostrich, kulit ikan salmon, dan gading mammoth. Untuk bahan-bahan ini, ia memesan langsung ke Siberia, Islandia, dan Afrika. Meski begitu, Nancy juga memanfaatkan bahan lokal, seperti kulit piton, kulit buaya, kerang, kayu, dan perak dari perajin Bali dan Yogya.
Tak hanya mendesain, Nancy juga terlibat dalam proses produksi pada awal pembuatan tas Bagteria, yang keseluruhannya dibuat dengan tangan (handmade). Dari garasi rumah di Jakarta Barat, workshop berpindah dengan menyewa rumah tetangga depan serta tetangga kiri dan kanan, hingga akhirnya menyewa satu tempat berjarak 10 menit dari rumah mereka. Karyawan pun bertambah, dari lima orang menjadi ratusan. "Selama tiga bulan pertama, perajin tas hanya belajar teknik sulam dan rajut, setelah dianggap lulus baru boleh terlibat mengerjakan tas," ucap wanita berkulit putih ini.
Teknik rajut sulam dengan bahan unik menjadi ciri desain Bagteria. Dari kristal swarovski, manik, payet, batuan semi-precious, hingga emas dan perak dalam ukuran milimeter semuanya dijahit secara teliti satu per satu. Dia pun menggunakan bahan dari bulu domba, kulit belut, piton, ostrich, kulit ikan salmon, dan gading mammoth. Untuk bahan-bahan ini, ia memesan langsung ke Siberia, Islandia, dan Afrika
Karena bahan bakunya unik, jumlah tas rancangannya pun terbatas. "Satu desain hanya untuk 299 tas, dan hanya ada tiga warna yang sama dari satu desain," ujar Nancy, yang membanderol harga tas berkisar Rp 1-8 juta untuk pasar Indonesia. Harga ini tergolong murah bila diukur dari nilai desain, proses pencarian bahan baku, dan tingkat kerumitan produksi. Di luar negeri, harganya naik dua kali lipat. Dalam setahun, Nancy merancang 20 desain untuk musim panas dan dingin, serta 3 desain di musim liburan.
Ada satu pengalaman paling berkesan ketika Nancy berjalan-jalan di Hong Kong bersama distributornya. Di salah satu butik ia melihat ada yang meniru tas rancangannya. Meski tampak mirip dari kejauhan, teknik rajut dan sulam tak sehalus buatan Nancy. "Saya bete." Namun ia teringat Coco Chanel pernah berkata, "Bila suatu hari barang kamu tidak ditiru lagi, kamu boleh bersedih." Barulah ia meniru filosofi perancang legendaris asal Prancis itu. "Kemudian perasaan saya menjadi lebih baik."
Nancy adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ayahnya, yang seorang pengusaha farmasi, bekerja di Brasil dan menikahi ibunya, yang keturunan Cina setempat. "Bakat seni turun dari ibu. Ibu saya seseorang yang fashionable di eranya," kata Nancy, yang dalam waktu dekat akan menggelar peragaan dalam Reunion Show Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo.
Kini Nancy merasa karyanya telah diterima dunia internasional, Tanah Air pun sudah diapresiasi dengan baik. Bahkan sebuah merek internasional mempercayakan pengerjaan tas pada workshop miliknya dan beberapa kali merancang tas merek lain. "Saya ingin istirahat dan meluangkan waktu demi membalas kebersamaan yang hilang dengan anak-anak," kata ibu Brendan, 26 tahun, Brenda (17), dan Bryna (14) itu.
Mulai sekarang, jangan sepelekan kreasi anak-anak bangsa. Mari kita apresiasikan karya-karya luar biasa yang mampu mendunia. Percayalah, masih banyak Nancy-Nancy lain yang siap menjinjing gengsi Indonesia ke dunia. Ayo kita buat Indonesia Bangga!


BIODATA
Nama: Nancy Go
Tempat dan Tanggal Lahir: Sao Paulo (Brasil), 6 Januari 1963
Hobi: Membaca, Merajut, dan Menyulam

Pendidikan:
1977 -- Bunka School of Fashion, Jakarta
1980 -- Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo, Jakarta
1982 -- Academy of Arts, San Fransisco

Karier:
1984 -- Merchandiser Fashion Apparel
2000 -- Pemilik dan Desainer Bagteria

Penghargaan:
2009 -- Indonesia Berprestasi (IB) Awards
2009 -- 10 Inspiring Woman Awards
2010 -- The Best Product Design 
2010 -- Kartini Awards 

Berikut produk Bagteria :


Sumber referensi :
Sumber : banggaindonesia.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar