Kelas : 3EA13
NPM : 12210769
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENALARAN
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran
secara literal Bahasa Inggris adalah reasoning. Berasal dari kata reason, yang
secara literal berarti alasan. Berarti reasoning atau to reason adalah
memberikan/memikirkan alasan. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam proses
penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada
penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses penalaran
digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.
Penalaran merupakan bentuk tertinggi dari
ke tiga bentuk pemikiran tersebut , sehingga penalaran akan lebih rumit jika
dibandingkan dengan pengertian dan pernyataan (proporsisi). Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Tujuan dari penalaran adalah
untuk menentukan secara logis dan objektif, apakah suatu pernyataan valid
(benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Bila dilihat dari definisi teori, maka ada 3
komponen pembentuk penalaran yaitu,
a. pernyataan
(asersi),
Pernyataan merupakan masukan (input) dari
penalaran
b. Keyakinan
adalah kebersediaan untuk
menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen
valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
c. Argumen
merupakan proses dari
penalaran, yaitu proses saling menginferensikan pernyataan-pernyataan yang ada.
Kemudian, keyakinan bahwa pernyataan konklusi valid adalah keluaran (output)
dari penalaran. Argumen merupakan serangkaian asersi beserta inferensi atau
penyimpulan yang terlibat didalamnya, merupakan poin penting dalam penalaran.
Argumen ini merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Berarti,
argumen berfungsi untuk memelihara, membentuk, atau mengubah keyakinan.
Berikut ini adalah contoh kalimat penalaran
: “Pemimpin teroris mengatakan bahwa orang-orang diluar dari orang
golongannya adalah kafir dan halal untuk dibunuh. Kalau kita tanya ke pemimpin
teroris, kenapa Pak pimpinan teroris? Jawabannya, karena tertulis bahwa yang
diluar jalan kita, adalah kafir. Atau mungkin jawaban lainnya, saya ini
pimpinan yang dipilih oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Kalian bisa percaya
kekuasaan tertinggi, maka kalian harusnya bisa percaya kata-kata saya.”
Contoh diatas menjelaskan bahwa pemimpin teroris
membuat pernyataan. Pernyataan ini digunakan untuk membentuk keyakinan.
Pernyataan dari pemipin teroris beserta alasannya perlu kita kaji dengan
menggunakan penalaran. Penalaran akan menentukan apakah pernyataan dari
pimpinan teroris ini layak untuk kita yakini atau tidak.
Berpikir/bernalar sebagai proses
bahasa
Berbahasa memerlukan kegiatan
berpikir. Sebelum berbahasa kita pasti berpikir karenanya tak salah jika
mengatakan bahwa berbahasa identik dengan berfikir. Bernalar adalah proses
berfikir sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan baik bersifat
ilmiah atau tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berfikir lurus,
efisien, tepat dan teratur. Bernalar dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
dalam segala aktivitas (berfikir ataupun bertindak) manusia mendasarkan diri
pada prinsip bernalar. Bernalar mengarah pada berfikir benar, lepas dari
berbagai prasangka dan emosi dan keyakinan seseorang, karena bernalar mendidik
manusia bersikap objektif, tegas, dan berani. Semua tadi merupakan sikap yang
dibutuhkan dalam segala kondisi. Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Metode dalam menalar
Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah
metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke
umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir
induktif.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat
Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas
pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa
kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat
(kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah
yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan
paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir
yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan
ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari
proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga
dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam
penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran,
maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran.
Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Silogisme
Sebagai Bentuk Hasil Penalaran Deduktif
Silogisme merupakan suatu proses
penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan (proposisi yang
kemudian disebut dengan premis) sebagai anteseden (pengetahuan yang sudah
dipahami) hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan (keputusan baru) sebagai
konklusi atau konsekuensi logis. Keputusan baru tersebut selalu berkaitan
dengan proporsi yang digunakan sebagai dasar atau dikemukakan sebelumnya. Oleh
karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan silogisme
sehingga penalaran kitabenar dan dapat dierima nalar.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu
diperhatikan konsep-konsep berikut ini :
1.
Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis mayor, sedangkan pernyataan
kedua disebut premis minor.
2.
Dalam silogisme hanya terdapat tiga term (batasan), yaitu term satu yaitu
predikat dalam premis mayor, term dua yaitu predikat dalam premis minor dan
term tiga yaitu term yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor.
3.
Dalam silogisme hanya ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
4.
Bila keduapermis negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
5.
Bila salah satunya premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
6.
Bila salah satu premis partikular, kesimpulan tidak sahih.
7.
Kedua premis tidak boleh partikular.
1. PM
(premis mayor) : A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Macam-macam silogisme
Silogisme dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.
Namun, bisa juga dibedakanmenjadi dua yang lain yakni silogisme kategorial dan
silogisme tersusun.
1.
Silogisme kategorial
Silogisme kategorial disusun
berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan kategoris. Premis yang mengandung
predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang
mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2.
Silogisme tersusun
Dalam praktik kehidupan
sehari-haribentuk dliogisme diatas (kategorial) sering tidak diikuti sebagai
mestinya, melainkan diambil jalan pintas demi lancar dan cepatnya komunikasi
antarpihak. Berikut ini bentuk-bentuk yang dimaksud, yang sebenarnya merupakan
perluasan atau penyingkatan silogisme kategorial. Silogisme ini dapat dibedakan
dalam tiga golongan yakni epikherema, entimem, dan sorites.
· Epikherema
Merupakan jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas
dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduannya. Cara yang biasa
digunakan adalah dengan menambah keterangan sebab:penjelasan sebab terjadinya,
keterangan waktu, maupun pembuktian keberadaannya.
Perhatikan contoh berikut :
Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu
memperjuangkan hak milik bersama dan menomorduakan kepentingan pribadinya.
Semua orang nasionalis adalah pejuang sebab mereka
senantiasa bekerjatanpa kehendak serta tidak menghalalkan segara cara.
Dari kedua contoh diatas terlihat ada bagian (premis)
tertentu yang diperluas dengan menambahkan keterangan, alasan, bukti, dan
penjelasan pelengkap premis mayor. Pola silogistisnya tetap hanya saja jumlah
keterangan atau atribut yang memperkuat tak terbatas, asalkan memperkuat,
mempertegas, dan memperjelas premisnya.
· Entimem
Merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah
format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. pertama C=B karena
C=A dan kedua karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan
dalam format yang lebih detil bagian perbagian yang akan memperbanyakgagasan
dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada
umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan
sebab untuk sampai kepada kesimpulan.
Contoh :
Ø Joko memang siswa yang baik masa
depannya sebab ia bersekolah di SMA Teratai Merah.
Ø Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia
berasal dari Shanghai.
Ø Teman sebangku amat pintar. Ia
memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh
tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian
silogismenya, kita melihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor
sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik
kesimpulan.
· Sorites
Silogisme ini sangat cocok untuk bentuk-bentuk tulisan atau
pembicaraan bernuansa persuasif. Silogisme ini didukung oleh lebih dari tiga
premis, bergantung pada topik yang dikemukakan serta arah pembiasan yang
dihubung-hubungkan demikian rupa sehingga predikatpremis pertama menjadi sunjek
premis kedua, predikat premis kedua menjadi subjek premis ketiga, predikat
premis kedua menjadi subjek premis keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya
sampailah pada kesimpulan yang diambil dari subjek premis pertama dan predikat
premis terakhir.
Pola
digunakan sebagai berikut
S1………………..P1
S2………………..P2
S3………………..P3,dst.
Kesimpulan:S1………………..P3
http://rumthe.wordpress.com/2011/05/16/proses-penalaran-dari-sudut-pandang-penggunaan-bahasa-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar