BAB VIII
“ Kepribadian, Nilai Dan Gaya Hidup ”
DI
SUSUN OLEH :
FIFI
ELLIN (12210769)
Kelas : 3EA13
Universitas
Gunadarma Kalimalang
Fakultas Ekonomi
Manajemen S1
KEPRIBADIAN, NILAI DAN GAYA HIDUP
1
Kepribadian
Kepribadian
merupakan ciri watak seorang individu yang konsisten yang mendasari perilaku
individu. Kepribadian sendiri meliputi kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang
kas dimiliki seseorang. Tapi kepribadian berkembang jika adanya hubungan dengan
orang lain. Dasar pokok dari perilaku seseorang adalah faktor biologis dan
psikologisnya. Kepribadian sendiri memiliki banyak segi dan salah satunya
adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri
aktual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan
konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri
orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan
membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri
pembeli.
Nilai
Kepribadian
Kepribadian itu memiliki banyak
arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari
kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.
MAY mengartikan keperibadian sebagai
“Personalitiy is a social stimus value”. Artinya personality itu merupakan
perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita,
itulah kepribadian kita.
Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu
relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan
kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dari pada faktor fisik. Erikson mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian
dengan kecenderungan yang bipolar:
1.
Masa bayi (infancy)
Ditandai adanya kecenderungan Trust –
mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya,
tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu
kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia
bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2. Masa
kanak-kanak awal (early childhood)
Ditandai adanya kecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah
bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari
botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah
mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa
pra sekolah (Preschool Age)
Ditandai adanya kecenderungan
initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan,
dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan,
tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah,
dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4. Masa
Sekolah (School Age)
Ditandai adanya kecenderungan
industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya,
pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar,
tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan
pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan
kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah
diri.
5. Masa
Remaja (adolescence)
Ditandai adanya kecenderungan
identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung
pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja
sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan
dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6.
Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan
intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai
longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan
untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang
akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7.
Masa Dewasa (Adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan
generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini
individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas,
tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau
mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
8.
Masa hari tua (Senescence)
Ditandai adanya kecenderungan ego
integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau
intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik
pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang
akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan
untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan
untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia
seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali
menghantuinya.
Dari difinisi tersebut ada beberapa
unsur yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
Organisasi dinamis, maksudnya adalah
bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisasi
sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian.
Psikofisis, ini menunjukan bahwa
kepribadian bukanlah semata-mata material fisik), tetapi merupakan perpaduan
kerja antara Aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
Istilah menetukan, berarti bahwa
kepribadian mengandung kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi)
yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku individu. Kepribadian adalah
sesuatu dalam melakukan sesuatu. Kepribadian terletak dibelakang
perbuatan-perbuatan khusus dan di dalam individu. Dalam arti kepribadian itu
bukan hanya ada selama ada orang lain bereaksi terhadapnya, tetapi lebih jauh
dari itu mempunyai eksetensi real (keadan nayata), yang termasuk di dalamnya
segi-segi neural dan fisiologis.
Unique (khas), ini menunjukan bahwa
tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.
Menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, ini menunjukkan bahwa kepribadian mengantari individu dengan
lingkungan fisik dan lingkungan psikologisnya, kadang-ladang menguasainya. Jadi
kepribadian adalah suatu yang mempunyai fingsi atau arti Adaptasi dan
menentukan.
Berdasarkan penjelasan Allport
tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi
(berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus
proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara
eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.
Dari beberpa difinisi yang telah
dibuat oleh mereka, maka dapat disimpulkan bahwa:
Kepribadian itu merupakan suatu
kebulatan, dan kebulatan itu bersifat kompleks, sedang kekomplekskannya itu
disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor lauar
yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan
faktor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua
orang yang memiliki kepribadian yang benar-benar sama persis.
Kepribadian adalah karakteristik
psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang
merespon lingkungannya (Schiffman & Kanuk , 2000). Berdasarkan definisi ini
maka bisa disimpulkan bahwa yang ditekankan adalah karakter-karakter internal
termasuk didalamnya berbagai atribut, sifat, tindakan yang membedakannya dengan
orang lain..Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti
kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya
tahan dan kemampuan beradaptasi. Dalam kepribadian orang tersebut terdapat
nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma
dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan
kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan
kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif
yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Secara praktis konsep kepribadian
dapat didifinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran dan perilaku
yang unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai situasi.
Pola ini memiliki beberapa ciri khas
yaitu :
-Mencerminkan perbedaan individu
kepribadian merupakan
kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka kepribadian seseorang tidak
akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak kembar. Sehingga setiap
konsumen tidak akam memberikan respon yang sama untuk setiap stimuli pemasaran
yang di sediakan konsumen. Bagi manajer pemasaran, kepribadian dapat digunakan
sebagai acuan untuk membagi pasar dalam beberapa kelompok.
-Konsisten
kepribadian memiliki keteraturan dan
keseragaman perilaku. Intinya seseorang bertindak dengan cara yang sama untuk
berbagai situasi yang berbeda. Meskipun kepribadian bersifat jangka panjang,
namun perilaku yang Nampak dapat bervariasi karena adanya pengaruh lingkungan,
social budaya, psokologis dan situasional. Hal ini wajar karena kepribadian
hanyalah satu dari sekian banyak factor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
-Psikologis dan Fisiologis
Kepribadian adalah konsep
psikologis, namun para peneliti berpendapat bahwa kepribadian juga dipengaruhi
oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
-Akibat dari perilaku
Kepribadian tidak saja mempengaruhi
bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon lingkungan tetapi juga cara mana
yang digunakan.
-Kepribadian dapat berubah
Dalam beberapa situasi yang
signifikan kepribadian dapat berubah. Seorang perempuan yang baru melahirkan
anaknya akan mengalami perubahan kepribadian dari seorang gadis menjadi seorang
ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan berjalan bertahap.
-Kepribadian berinteraksi dengan
situasi
Misalnya dalam situasi pembelian
(pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan seberani orang yang
inovatif dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih ada juga orang yang
fanatic pada produk dari Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara
berteknologi tinggi dan memproduksi produk-produk yang berkualitas.
Personality seseorang, ditentukan
oleh tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan merupakan satu
kesatuan,yakni,
· Genetik.Keturunan
· Lingkungan, mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah,
pergaulan.
· Situasi, kepribadian seseorang bisa berubah pada
situasi-situasi tertentu.
Idealnya seseorang akan memiliki
kepribadian yang tidak jauh beda dengan leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena
adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin
kepribadiannya berbeda dengan ciri keperibadian keluarganya.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth
Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu
1. Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi
oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan
orang lain dan menghindari marah.
2. Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan
untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain,
dan menghindari kesan membutuhkan.
3. Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi
oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan
terhindar dari kegagalan.
4. Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh
kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain,
menemukan makna hidup, dan menghindari citra
5. Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan
untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri
sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki
jawaban.
6. Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh
kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar
dari kesan pemberontak.
7. Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan
untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi
sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
8. Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh
kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada
dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9. Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh
kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari
konflik.Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis
individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara
unik.Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti
kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya
tahan dan kemampuan beradaptasi Dalam batasan kepribadian yang dikemukakan di
atas ada 4 hal yang perlu diuraikan yakni :
1. dinamis, berarti kepribadian
selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri
individu yang ebrsangkutan, akan tetapi perubahan tersebut tetap berada dalam
batas-batas bentuk polanya.
2. organisasi system, ini mengandung
pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
3. psikofisis, ini berarti tidak
hanya bersifat fisik dan juga tidak hanya bersifat psikis tetapi merupakan
gabungan dari kedua sifat tersebut.
4. unik, berarti kepribadian antara
individu yang satu dengan yang lain tidak ada yang sama.
Kepribadian memiliki banyak segi dan
salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja
konsep diri actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda
dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep
diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya).
Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap
daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep
diri pembeli.
Dimensi kepribadian :
1. ekstraversi
suatu dimensi kepribadian yang
mencirikan seseorang yang senang bergaul dan banyak bicara dan tegas.
2. sifat menyenangkan
suatu dimensi kepribadian yang
mencirikan seseorang yang baik hati, kooperatif dan mempercayai.
3. sifat mendengarkan kata hati
suatu dimensi kepribadian yang
mencirikan seseorang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, tekun dan
berorientasi prestasi
4. kemantapan emosional
suatu dimensi kepribadian yang
mencirikan seseorang yang tenang, bergairah,terjamin (positif), lawan tegang,
gelisah,murung dan tak kokoh (negative).
5. keterbukaan terhadap pengalaman
suatu dimensi kepribadian yang
emncirikan seseorang yang imajinatif, secara artistic peka dan intelektual.
2 Nilai
Nilai
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena
nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas
dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan
dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian.
Nilai-Nilai Individu
Nilai
(value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang
atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Nilai adalah sebuah konsep
yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang,
orang atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal tertentu itulah
yang menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap memiliki makna
atau manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna bagi generasi
penerus untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape recorder, meski
secara teknis kondisinya masih baik, dianggap manfaatnya sudah hilang karena
sudah susah mengoperasikannya mengingat kaset yang seharusnya menjadi komplemen
video tape tersebut tetidak bisa lagi diperoleh di pasaran, semuanya
tergantikan oleh VCD. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan nilai adalah
prinsip, tujuan, atau standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
3 dan 4 Gaya Hidup & Pengukurannya
Gaya
hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang
iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan
bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang
pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri
sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang
ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan
citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Plummer
(1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang
dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya
hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang
dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan,
persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam
Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang
berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di
masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya
hidup global dan lain sebagainya.
Menurut
Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang
mengarah pada upaya memelihara kondisi fisikfisik, mental dan social berada
dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,
pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,
berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku
sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk
mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan
menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang
menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit (Hardinger dan
Shryock, 2001).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya
Hidup
Menurut
pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat
dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih
lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor
internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri,
motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut :
a.Sikap. Sikap berarti suatu keadaan
jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap
suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara
langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
b.Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman
dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari,
melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman
sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
c.Kepribadian. Kepribadian adalah
konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan
perbedaan perilaku dari setiap individu.
d.Konsep diri. Faktor lain yang
menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi
pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep
diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola
kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan
hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal
perilaku.
e. Motif. Perilaku individu muncul
karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise
merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap
kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
f. Persepsi. Persepsi adalah proses
dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk
membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun
faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a. Kelompok referensi. Kelompok
referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh
langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling
berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya
hidup tertentu.
b. Keluarga. Keluarga memegang
peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal
ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak
langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah
sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat,
yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap
jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur
pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan
(status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam
lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial
ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh
karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila
individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan.
d. Kebudayaan. Kebudayaan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam
(internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap,
pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi.
Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial,
dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya
dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer
mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada
pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas
mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.
Terutama bagaimana dia ingin
dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan
bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial
yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol
status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Fenomena ini pokok pangkalnya adalah
stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan :
v dari lapisan teratas sampai lapisan
terbawah.
v Dalam struktur masyarakat modern,
v status sosial haruslah diperjuangkan
(achieved)
v dan bukannya karena diberi atau
berdasarkan garis keturunan (ascribed).
Selayaknya status sosial merupakan
penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang. Jika
seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada
lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai
kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk
meraihnya.
Daftar Pustaka
http://www.anneahira.com/gaya-hidup-mewah.html
http://tonymisye.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-individu-dan-sikap-kerja.html
http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/
http://gilangjaelani.blogspot.com/2011/10/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar